“PESAN MORAL DALAM RITUAL”
KELOMPOK MATA
KULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Dosen Pengampu : A. Rofi’i., SE, S.Ag.
Disusun
Oleh :
Kelompok 3 :
Ø Indri Dwi Setiani (1562007)
Ø Ida Muhlida (1562025)
Ø Mira Andriani (1562036)
Ø Aris Safirotul Fanani (1562047)
Ø Audy Priladinata (1562111)
Ø Kikyi Rachmad Tulloh (1562133)
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
PGRI
DEWANTARA
JOMBANG
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah “Pesan Moral Dalam
Ritual”
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah
ini
kami susun untuk memenuhi tugas “Pendidikan Agama Islam (PAI)”, selain itu
makalah ini berisikan tentang
ritual yang
merupakan cara seseorang atau kelompok beragama melakukan ritualnya sehari-hari
yang berupa ibadah, hal ini bertujuan untuk mendapatkan keberkahan dengan
sesuatu yang sakral. Hal ini di yakini sebagai upaya untuk mendekatkan diri
dengan yang kuasa dan untuk menyalurkan spiritualnya.
Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan kekurangan,
maka saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dari semua pihak untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai acuan pembuatan makalah yang sama dikemudian hari.
Jombang, Oktober
2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................ 1
1.4 Manfaat Makalah ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
2.1 Pengertian Ritual ....................................................................................... 2
2.2 Aspek Ritual Umat Islam ........................................................................... 4
2.3 Praktek Ritual dalam Islam ......................................................................... 6
2.4 Signifikasi Ritual dalam Beragama ............................................................. 12
BAB III PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua agama mengenal ritual, karena setiap
agama memiliki ajaran tentang hal yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan
ritual adalah pemeliharaan dan pelestarian kesakralan. Disamping itu ritual
merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang suci, dan
memperkuat solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat mental.
(Djamari, 1993:35).
Hampir semua masyarakat yang melakukan
ritual keagamaan dilatarbelakangi oleh kepercayaan. Adanya kepercayaan pada
yang sakral, menimbulkan ritual. Oleh karena itu, ritual didefinisikan sebagai
perilaku yang diatur secara ketat. Dilakukan sesuai dengan ketentuan, yang
berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara melakukannya maupun maknanya.
Apabila dilakukan seuai dengan ketentuan, ritual diyakini akan mendatangkan
keberkahan, karena percaya akan hadirnya sesuatu yang sakral.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Apa
pengertian dari ritual ?
2. Apa
saja aspek ritual umat islam ?
3. Sebutkan
praktek ritual dalam islam ?
4. Bagaimana
signifikasi ritual dalam beragama ?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan
dari makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui
pengertian dari ritual.
2. Mengetahui
apa saja aspek ritual umat islam.
3. Menyebutkan
praktek ritual dalam islam.
4. Mengetahui
signifikasi ritual dalam beragama.
1.4 MANFAAT
Manfaat penulisan dari makalah ini, yaitu :
1.
Menambah pengetahuan kepada para
pembaca mengenai pesan moral ritual yang terkandung dalam agama islam,
2. Sebagai
sumber referensi,
3.
Menambah wawasan bagi para pembaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ritual
Arti Ritual
secara harfiah dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
orang atau perorangan dengan tata cara tertentu.
Menurut ilmu
sosiologi, Arti Ritual adalah aturan-aturan tertentu yang
digunakan dalam pelaksanaan agama yang melambangkan ajaran dan yang
mengingatkan manusia pada ajaran tersebut.
Berdasarkan
ilmu antropologi agama, ritual dapat diartikan sebagai
perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara
berkala, bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan
menunjuk pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan
atau kekuatan-kekuatan mistis.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, mengatakan arti ritual adalah hal
ihwal ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan. Upacara ritual atau
ceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat
atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam
peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.
Secara
umum, ritual adalah “bentuk atau metode tertentu dalam melakukan upacara
keagamaan atau upacara penting atau tatacara dalam bentuk upacara. Makna dasar
ini menyiratkan bahwa, disatu sisi aktivitas ritual berbeda dari aktifitas
biasa, terlepas dari ada tidaknya nuansa keagamaan atau kekhidmatan.
Ritual adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
terutama untuk nilai simbolis mereka. Hal ini mungkin dijadikan tradisi
masyarakat, termasuk oleh komunitas agama. Tujuan ritual bervariasi. Ritual
dapat memenuhi kewajiban agama atau cita-cita, memenuhi kebutuhan spiritual
atau emosional , memperkuat ikatan sosial, menyediakan pendidikan sosial dan
moral, menunjukkan rasa hormat atau penyerahan, memungkinkan seseorang untuk menyatakan
afiliasi seseorang, mendapatkan penerimaan sosial atau persetujuan untuk
beberapa event- atau ritual yang kadang-kadang dilakukan hanya untuk kesenangan
ritual itu sendiri.
Dari segi
tujuan, Ritual dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Bertujuan untuk
bersyukur kepada Tuhan;
2. Bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan
rahmat;
3. Bertujuan
untuk meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan.
Ritual dapat bedakan menjadi 2 yaitu dari segi
jangkauannya dan dari segi tingkatannya.
Meninjau
dari segi jangkauannya, ritual dapat dibedakan menjadi :
1) Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan
kegiatan pertanian dan perburuan.
2) Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan.
3) Ritual sebagai ideologis -mitos dan ritual tergabung untuk
mengendalikan suasana perasaan hati, perilaku, sentimen, dan nilai untuk
kelompok yang baik. Contohnya, upacara inisiasi yang merupakan konfirmasi
kelompok terhadap status, hak, dan tanggung jawab yang baru.
4) Ritual sebagai penyelamatan (salvation), misalnya seseorang yang
mempunyai pengalaman mistikal, seolah-olah menjadi orang baru; ia berhubungan
dengan kosmos yang juga mempengaruhi hubungan dengan dunia profan.
5) Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau
penghidupan kembali). Ritual ini sama dengan ritual salvation yang
bertujuan untuk penyelamatan tetapi fokusnya masyarakat.
Ditinjau
dari tingkatannya dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan:
1) Ritual
islam yang primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat islam.
Umpamanya, shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ni
disepakati oleh para ulama karena berdasarkan ayat al-Qur’an dan hadist Nadi
Muhammad Saw.
2) Ritual
islam yang skunder adalah ibadah shalat sunnah, umpamanya bacaan dalam
rukuk dan sujud, shalat berjama’ah, shalat tahajjud, dan shalat dhuha.
3) Ritual
islam teritier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak sampai pada
derajat sunnah. Umpamanya, dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam Al-Nasa’i
dan Ibnu Hibban yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “orang
membaca ayat kursiy setelah shalat wajib, tidak tidak akan ada yang
menghalanginya untuk mauk syurga. Meakipun ada hadist tersebut, ulama tidak
berpendapat bahwa bacaan ayat kursiy setelah shalat wajib
adalah sunnah. Karena itu, membaca ayat kursiy setelah shalat wajib hanya
bersifat tahsini.
Secara umum, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi
dua
yaitu :
·
Ritual yang mempunyai dalil yang tegas dan eksplisit dalam
al-Quran dan sunnah, contohnya adalah shalat.
·
Ritual yang tidak memiliki dalil, baik dalam al-Quran
maupun dalam sunnah. Contohnya adalah marhabaan, perinngatan hari (bulan)
kelahiran Nabi Muhammad saw (muludan), dan tahlil yang dilakukan
keluarga ketika salah satu anggota keluarganya menunaikan ibadah haji.
2.2 Aspek
Ritual Umat Islam
Dalam agama Islam,
ritual merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan
iman seorang muslim. Karena memang ritual Islam itu sendiri adalah bentuk
ekspresi islam. Sehingga bagi seorang Muslim, konsep Tauhid bukan hanya konsep
teologis semata, tetapi juga direalisasikan dalam kehidupan. Dengan
konsep yang “mengesakan” Tuhan dengan ketaatan dan ketundukan total. Hal ini
menunjukkan begitu dominannya aspek ritual dalam Islam. Dalam kitab-kitab
fiqih, ritual juga mendapat perhatian yang sangat dominan. Karena memang di
dalamnya, kitab-kitab fiqih selalu memulai penjelasannya dengan
kewajiban-kewajiban ritual dengan memperhatikan empat rukun: shalat, zakat,
puasa, dan haji. Bilangan dan eksplikasi yang dikehendaki dalam shalat selalu
didahului dengan pembahasan mendetail tentang bersuci, thoharoh merupakan satu
syarat yang tidak dapat dipisahkan dari perbuatan ibadah. Wudhu sendiri
merupakan proses yang kompleks, dan membutuhkan penjelasan mendetail.
Dari sini kita bisa
memahami bahwa ritual islam sudah ada sejak islam berdiri. Hanya saja kita yang
memahaminya salah. Apalagi ritua-ritual yang ada di konsep kita adalah ritual
yang bersifat mitos. Untuk menanggalkan kesalah pemahaman tersebut, maka
sebaiknya kita melihat dari pengertian ritual dalam sisi kesakaralan. Maksudnya
adalah meninjau aspek yang memang sesuatu hal yang dikatakan ritual adalah yang
mendatangkan ketengan, keamanan, bahagian dan bersifat sakral. Karena sesuatu
yang kita lakukan adalah bentuk keyakinan terhadap objek yang kita yakini
adanya.
Islam dengan gamblang
mengajarkan setiap aspek kehidupan secara terperinci, mulai dari sistematika
ibadah dan hal-hal yang membuat ibadah itu bernilai lebih. Hingga mampu membawa
orang lain masuk ke dalam dunia tersebut. Misalnya saja kalau pada zaman
Rasullulah SAW ada ritual-ritual ibadah yang bersifat islam resmi seperti;
shalat, zakat, dan puasa, dan begitu pun sebaliknya untuk zaman
modern sekarang ini tetap menjalankan ritual-ritual ibadah sebagai bentuk
kewajiban. Dan malah ritual-ritual ibadah tersebut bertambah dan mengalami
sebuah pembaruan, yang awalnya hanya bersifat individu, sekarang ritual ibadah
bersifat kelompok, seperti; jamaah dzikir dan lain sebagainya.
2.2.1 Pengertian dan Hakikat Ibadah
Secara etimologi ibadah artinya menyembah atau menghamba, sedangkan secara terminologi ibadah artinya penghambaan seorang manusia
kepada Allah SWT, untuk dapat mendekatkan diri kepada-Nya sebagai realisasi
dari pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah SWT.
Ibadah secara umum dibagi menjadi 2, yaitu :
· Ibadah mahdah (Khusus)
· Ibadah Gahairu Mahdah
2.2.2 Kewajiban
Ibadah Bagi Manusia
Landasan :
· Q.S Adz-Dzariyat (56) : 56
“Tidak aku
ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.”
· Q.S Al-Bayyinag (98) : 5
“Dan mereka
tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah SWT. Dengan memurnikan
keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan demikian itulah agama yang lurus.”
2.2.3 Fungsi
Ibadah
· Sebagai bentuk realisasi manusia yang diberi
tanggung jawab kepada Allah SWT menjadi khalifah dan hamba Allah SWT di muka
bumi.
· Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas komunikasi vertikal dengan sang Khaliq.
· Meningkatkan derajat manusia kepada Allah SWT.
2.3 Praktek
Ritual dalam Islam
Pada pembahasan ini,
kita akan membagi ritual islam tersebut ke dalam dua bagian. Sesuai penjelasan
di awal bahwa ada islam resmi dan ada islam modern atau lebih dikenal dengan
islam populer.
2.3.1 Praktek Ritual Islam Resmi
Praktek ritual islam
resmi antara lain:
a. Shalat
Sholat adalah sebuah
ritual seorang hamba kepada tuhannya demi memperoleh ketenangan dalam dirinya.
Telah banyak peneliti yang mengkaji manfaat shalat dari segi lahiriah. Mulai
dari ia berdiri pada awal sholat hingga duduk terakhir dalam shalat.
Semuanya punya kandunngan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, baik jiwa dan
jasa tersebut. Apalagi ketika kita mengkaji kandungan shalat secarah mendalam.
Shalat layaknya manusia yang memiliki unsur-unsur yang menyempurnakan tubuhnya.
Begitupun sholat yang memiliki beberapa bagian yang saling
membutuhkan . ketika salah satunya tidak terpenuhi maka sholat itu cacat.
Ketika salah satu bagian dari tubuh manusia berkurang, maka manusia itu
dikatakan cacat.
“Dan carilah
(pertolongan Allah) melalui kesabaran dan salat.” Nabi SAW bersabda
“Melaksanakan kewajiban shalat kepada Allah adalah setarah dengan seribu kali
haji dan umrah yang dilakukan secara benarndan yang diterimah. Dalam sabda
Rasulullah disebutkan bahwa kemuliaan seseorang tergantung pada sholat
malamnya.”
b. Puasa
Puasa juga salah satu
praktek ritual dalam islam yang sangat populer dilakukan di bulan ramadhan.
Kandungannya sangat luar biasa. Ada seseorang mengalami penyakit mag, namun
setelah dia memeriksakan diri kedokter, dia dianjurkan oleh sang doker untuk
tidak terlambat makan. Walaupun demikian tidak merubah hasil yang memuaskan.
Pernah suatu ketikan kita mendengar Hadits nabi yang artinya,” berpuasalah
kamu, niscaya kamu akan sehat.” Dari hadis ini kita akan mulai berfikir untuk
menjadikan puasa sebagai obat penyakit mag yang diderita. Alhasil, orang
tersebut sembuh dengan menggunakan ritual ini.
c. Zakat
Zakat merupakan bentuk
ritual dalam islam yang mengisyaratkan betapa pentingnya jiwa sosial dibangun
dalam jiwa setiap manusia. Zakat mengajari umat manusia untuk menanamkan rasa
cinta dan asih sayang terhadap sesama. Ada dua ibadah dalam islam yang sangat
fundamental atau bisa dikatakan ibadah yang merupakan inti dari ajaran islam.
Ibadah itu adalah ibadah yang hubungannya dengan Allah (Hablun
minallah) dan ibadah yang berhubungan dengan umat manusia (hablun
minannas). Zakat masuk dalam kategori ibadah hablun minannas.
Begitu pentingnya ibadah atau ritual terhadap sesama manusia, sampai-sampai
ketika manusia tidak mampuh melakukan puasa maka gantinya adalah fidiah. Ibadah
yanng tadinya akan di tujukan kepada Tuhan lantaran dialihkan kepada manusia,
ini menandakan bahwa ibadah zakat ini dapat menjadikan seorang mukmin bisa
merasakan kelegahan dan ketenangan dalam hidupnya.
d. Haji
Haji adalah ibadah
atau ritual yang menjadi penyempurna rukun keislaman seseorang. Di setiap
tahunnya manusia antusias mengunjungi baitullah sebagai bentuk penghambaan manusia
kepada Rabbnya. Haji mencakup segalah ritual islam. Rahasia haji atau adab haji
adalah bagaimana membersikan hati dari kata-kata kotoran-kotoran ,
kefasikan, dan pertengkaran apapun alasannya.
2.3.2 Praktek Ritual Islam Populer
Ritual islam populer
mencakup beberapa bentuk, namun kali ini kita hanya akan mengambil satu contoh
penting saja, yang juga sudah akrab di telinga kita sehari-hari. Atau bisa jadi
kita juga pernah mengikuti atau melihat langsung praktek ritual islam populer
tersebut. Praktek ritual islam yang akan dibahas pada pemaparan kali ini, yakni
mengenai ritual islam dzikir dan do’a.
1.
Dzikir
Secara
etimologis dzikir berasal dari bahasa arab, yaitu dzakara, yadzkuru, dzikr yang
berarti menyebut, mengingat. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia mempunyai arti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara
berulang. Jadi dzikir kepada Allah (dzikrullah) secara sederhana
dapat diartikan ingat kepada Allah atau menyebut nama Allah secara
berulang-ulang. Dzikir secara terminologi mempunyai arti bahwa dzikir
adalah menyebut Allah dengan membaca tasbih (Subhanallahi), membaca
Tahlil (Lailaaha illallahu), membaca Tahmid (al hamdulillah) dan membaca
do’a-do’a yang ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi SAW.
Dzikir digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1
Dzikir qalbu. Dzikir ini adalah ibadah atau ritual
yang sangat sederhana dan mudah. Kita bisa melakukan kapan pun dan dimana saja.
Satu-satunya ibadah ritual yang tidak menuntut syarat atau hukum adalah
ddzikir. Kita juga tidak membutuhkan keadaan manusia suci. Imam Nawawi
menjelaskan bahwa ulama sepakat bahwa dzikir boleh dilakukan oleh yangberhadats,
junub, wanita yang sedang haid dan juga nifas.
2
Dzikir lisan membantu untuk menghadirkan
dzikir Qalbu. Dengan menyebut nama atau sifat-sifat Allah akan membantu
seseorang untuk menghadirkan ketenangan bagi hatinya. Dzikir lisan tidaklah
cukup apabila itu tidak terus menerus dilakukan. Ketika itu terus-menerus dilakukan
akan membantu hadirnya hati untuk mengingat Sang khaliq. Dzikir qalbu sama juga
dengan dzikir yakshayakni, dzikir yang memunculkan kesadaran diri
dan jiwa, akan membuat hati seseorang yang sebelumnya lalai atau ghaflah dengan
gangguan-gangguan keduniaan akan terjaga dan sadar.
3
Dzikir sir. Dzikir yaksha atau dzikir qalbu akan
membawa kepada dzikir sir (tersembunyi, rahasia), yang
menghadirkan hati kepada Allah (hudurul qlalbi). Inilah dzikir yang
tidak berhuruf dan tidak bersuara. Dzikir ini tidak butuh bacaan melainkan
sudah menghadirkan rasa ruhani. Rasa diri yang selama ini yang terpendam dan
dimana seluruh ingatan sudah tertuju pada yang haq.
Sementara itu ada berbagai dzikir yang kemukakan
para ulama. Seperti halnya Nasution dalam bukunya Baidi Bukhori menyatakan
bahwa ulama thariqat Naqsabandiah membagi dzikir menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Wiridan
Ialah dzikir yang dikerjakan setelah melaksanakan
shalat wajib lima kali sehari.
2.
Khataman
Ialah
dzikir yang dilakukan minimal satu kali dalam seminggu dengan membaca do’a-do’a
yang telah ditentukan.
Kemudian
dzikir dibagi dalam empat macam, antara lain :
1.
Dzikir Qalbiyah
Dzikir
Qalbiyah (Dzikir hati), yakni merasakan kehadiran Allah. Menurut Arifin
Ilham seseorang yang akan melakukan suatu tindakan atau perbuatan selalu
tertanam dalam hatinya bahwa Allah senantiasa bersamanya. Sadar bahwa Allah
selalu melihatnya. Dia maha melihat, maha mendengar lagi maha mengetahui.
ÇÚöF{$#
Îû wur
ÏNºuq»yJ¡9$#
Îû ;o§s
ãA$s)÷WÏB
çm÷Ztã
Ü>â÷èt
tw
Artinya
: “Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan
yang ada di bumi.” (QS. Saba’.[34] : 3).13
2.
Dzikir Aqliyah
Dzikir
Aqliyah, istilah ini dirujuk oleh Arifin Ilham dari firman Allah :
Í<'rT[{
;M»tUy
Í$pk¨]9$#ur
È@ø©9$#
É#»n=ÏF÷z$#ur
ÇÚöF{$#ur
ÏNºuq»yJ¡9$#
È,ù=yz
Îû cÎ)
öNÎgÎ/qãZã_
4n?tãur
#Yqãèè%ur
$VJ»uÏ%
©!$# tbrãä.õt
tûïÏ%©!$#
ÇÊÒÉÈ É=»t6ø9F{$#
WxÏÜ»t/
#x»yd
|Mø)n=yz
$tB $uZ/u
ÇÚöF{$#ur
ÏNºuq»uK¡9$#
È,ù=yz
Îû tbrã¤6xÿtGtur
ÇÊÒÊÈ Í$¨Z9$#
z>#xtã
$oYÉ)sù
y7oY»ysö6ß
Artinya
: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang
yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”(QS.Ali
Imron : [3] 190-191) Dari firman tersebut, dijelaskan bahwa Dzikir Aqliyah yaitu
kemampuan menangkap bahasa Allah dibalik setiap gerak alam ini. Menyadari bahwa
semua gerak alam Allah-lah yang menjadi sumber gerak dan menggerakannya.
3.
Dzikir Lisan
Dzikir
Lisan adalah buah dari dzikir hati dan akal,
barulah lisan berfungsi untuk senantiasa berdzikir, memahasucikan dan
mengagungkan Allah SWT. Selanjutnya lisan berdo’a dan berkata-kata dengan
benar, jujur, baik dan bermanfaat. Dengan kata lain dzikir lisan ini merupakan ekspresi
riil dari dzikir qalbiyah dan aqliyah.
4.
Dzikir Amaliyah
Puncak
atau tujuan akhir dari dzikir adalah dzikir amaliyah. Dzikir ini secara
singkat termanifestasi dalam kata taqwa, yang sekaligus menjadi akhlak yang
mulia. Karena dalam pandangan Allah hamba yang terbaik adalah hamba yang
bertaqwa kepada-Nya sesuai janji AllahSWT :
ÇÊÌÈ ×Î7yz îLìÎ=tã ©!$# ¨bÎ) 4 öNä39s)ø?r& «!$# yYÏã ö/ä3tBtò2r& ¨bÎ)
Artinya
: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. AlHujurat : [49] 13)
Buah
dari ketakwaan itu, seseorang akan memperoleh tiga hal penting dari Allah. Pertama
ia akan diberi furqon (kemampuan untuk membedakan). Kedua Allah
akan memberikan limpahan cahaya (nur) dan ampunan atas dosa-dosa yang
telah lampau. Dan ketiga Allah akan memberikan petunjuk jalan yang benar
dan terbaik sebagai jalan keluar dari berbagai tantangan dan masalah kehidupan.
Berikutnya Allah akan memberi rizki berlimpah yang datangnya tak
disangka-sangka.
Menurut
Ibnu Atto sebagaimana yang dkutip oleh Baidi Bukhori mengklasifikasikan dzikir
menjadi tiga, antara lain :
1.
Dzikir Jali
Yaitu
suatu perbuatan mengingat Allah SWT dalam bentuk ucapan–ucapan lisan yang
mengandung arti pujian, rasi syukur dan do’a pada Allah yang lebih menampakan
suara yang jelas untuk menuntun gerakan hati.misalnya dengan membaca tahlil dan
tasbih.
2.
Dzikir Khafi
Yaitu
dzikir yang dilakukan secara khusyu’ oleh ingatan hati, baik disertai dzikir
lisan atau tidak. Orang yang sudah mampu melakukan dzikir seperti ini hatinya
senantiasa memiliki hubungan dengan Allah , ia selalu merasakan kehadiran
Allah, kapan dan dimana saja.
3.
Dzikir Haqqi
Yaitu
dzikir yang dilakukan oleh seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan
dimana saja, dengan memperketat upaya memelihara seluruh jiwaraga dari larangan
Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.17
2.
Do’a
Kemudian dzikir dalam arti yang luas juga meliputi
do’a. Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya yang berjudul Meditasi Sufistik
menyebutkan bahwa do’a adalah permintaan atau permohonan manusia kepada Allah
untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kebaikan di
dunia adalah kesehatan, kemakmuran, memiliki pengetahuan dan terhindar dari musibah.
Sedangkan keselamatan di akhirat adalah masuk surga dan terhindar dari api
neraka. Do’a merupakan kesempatan manusia mencurahkan hatinya kepada Tuhan,
menyatakan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan manusia kepada Tuhan. Dengan
demikian do’a itu dipanjatkan hanya kepada Allah, tidak dengan yang lain.
Mengenai hal ini Allah berfirman dalam surat Al a’rof ayat 55 – 56.
(#rßÅ¡øÿè?
wur ÇÎÎÈ úïÏtF÷èßJø9$#
=Ïtä
w ¼çm¯RÎ)
4 ºpuøÿäzur
%Yæ|Øn@
öNä3/u
(#qã÷$#
ÆiÏB
Ò=Ìs%
«!$# |MuH÷qu
¨bÎ) 4
$·èyJsÛur
$]ùöqyz
çnqã÷$#ur
$ygÅs»n=ô¹Î)
y֏t/
ÇÚöF{$#
Îû
ÇÎÏÈ tûüÏZÅ¡ósßJø9$#
Artinya
: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan).
Sesungguhnya
rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’raf :
[7] 55-56).
Itulah
ayat Al-Qur’an yang menjelaskan perlunya do’a dan keutamaanya. Do’a termasuk
ibadah sunnah yang selayaknya dilakukan setelah menjalankan ibdah wajib, karena
demikianlah urutan ibadah. Kalau orang berdo’a, tetapi tidak melaksanakan
ibadah wajib, maka mungkin sekali do’anya tidak diterima.
2.4 Signifikansi Ritual Dalam Beragama
Semua agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang
hal yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan
pelestarian kesakralan. Disamping itu ritual merupakan tindakan yang
memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang suci, dan memperkuat solidaritas
kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat mental. Hampir semua masyarakat
yang melakukan ritual keagamaan dilatarbelakangi oleh kepercayaan. Adanya
kepercayaan pada yang sakral, menimbulkan ritual. Oleh karena itu, ritual di
definisikan sebagai perilaku yang diatur secara ketat. Dilakukan sesuai dengan
ketentuan, yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara melakukannya
maupun maknanya. Apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan, ritual diyakini
akan mendatangkan keberkahan, karena percaya akan hadirnya sesuatu yang sakral.
Menurut Y. Sumandiyo Hadi menjelaskan, ritual merupakan suatu bentuk upacara
atau perayaan (celebration) yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan
atau agama dengan ditandai oleh sifat khusus, yang menimbulkan rasa hormat yang
luhur dalam arti merupakan suatu pengalaman yang suci. Pengalaman itu mencakup
segala sesuatu yang dibuat atau dipergunakan oleh manusia untuk menyatakan
hubungannya dengan yang “tertinggi”, dan hubungan atau perjumpaan itu bukan
sesuatu yang sifatnya biasa atau umum, tetapi sesuatu yang bersifat khusus atau
istimewa, sehingga manusia membuat suatu cara yang pantas guna melaksanakan
pertemuan itu, maka muncullah beberapa bentuk ritual agama seperti ibadah atau
liturgi.
Dalam ritual agama dipandang dari bentuknya secara lahiriah
merupakan hiasan atau semacam alat saja, tetapi pada intinya yang lebih hakiki
adalah “pengungkapan iman”. Oleh karena itu upacara atau ritual agama di selenggarakan
pada beberapa tempat dan waktu yang khusus, perbuatan yang luar biasa, dan
berbagai peralatan ritus lain yang bersifat sakral.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat kita peroleh
dari makalah ini adalah :
·
Ritual adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
terutama untuk nilai simbolis mereka. Hal ini mungkin dijadikan tradisi
masyarakat, termasuk oleh komunitas agama.
·
Islam dengan gamblang
mengajarkan setiap aspek kehidupan secara terperinci, mulai dari sistematika
ibadah dan hal-hal yang membuat ibadah itu bernilai lebih. Hingga mampu membawa
orang lain masuk ke dalam dunia tersebut.
·
Ritual islam mencakup
beberapa bentuk, namun kali ini kita hanya akan mengambil satu contoh penting
saja, yang juga sudah akrab di telinga kita sehari-hari. Atau bisa jadi kita
juga pernah mengikuti atau melihat langsung praktek ritual islam tersebut, yakni
mengenai ritual islam dzikir dan do’a.
·
Semua agama
mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang hal yang sakral.
Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan pelestarian
kesakralan. Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan dilatarbelakangi
oleh kepercayaan. Ritual diyakini akan mendatangkan keberkahan, karena percaya
akan hadirnya sesuatu yang sakral.
3.2 Saran
Berangkat dari kenyataan di
atas, melalui tulisan ini kami mengajak kita semua untuk kembali memahami
dengan seksama pesan-pesan inti agama, yaitu pesan moral, dan kemudian
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun sosial. Dengan
kata lain kita tidak hanya mementingkan sisi formalitasnya saja tanpa
menerapkan sisi spiritualnya. Jadi sebuah ritual itu tertanam dari diri
seseorang maupun masyarakat yang beragama dan meyakini atau mempercayai sesuatu
yang sakral akan mendatangkan keberkahan dan menjadi sarana spiritual. Dalam
umat islam mereka melakukan ritual sehari-hari dengan cara beribadah, dari
ibadah itulah muncul praktek-praktek agama yang diyakini sebagai peribadatan
kepada Allah swt.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat,
Komaruddin, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi, Jakarta, PT Bulan
Bintang, 2000.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus